Minggu, 23 Agustus 2009

Dimalam yang dingin dan mengunci tulang

Ku masih berfikir tentang hidup

Ketegaran tuk mengarungi samudra kehidupan yang selalu pasang dan surut

Dan entah dimana akan berakhir

Dan akupun harus menghadapi arus mana yang telah ku pilih sendiri

Gelombang surut biarlah menjadi pemandangan indah

Namun gelombang pasang kan slalu ku hadapi tuk menuju kebaikan

Manusia telah banyak yang mengartikan tentang hidup. Tapi masih banyak orang tidak bisa memaknai hidup itu sendiri, bahkan tidak tahu tujuan dari hidup mereka. Terkadang manusia takut akan beban di masa yang akan datang, padahal sudah pasti kan dihadapi, atau mereka juga khawatir akan sisa-sisa dari masa lalu. Manusia seharusnya lebih sadar bahwa manusia terbatas oleh waktu, ada saat lahir dan akan bertemu pula dengan kematian.

Seperti sekarang ini, aku mulai berfikir tentang hidup yang sebenarnya. Sempat terfikir hidup adalah apa yang kufikirkan dan ku inginkan, tapi aku mungkin Cuma seorang pemimpi. Kata orang mimpi adalah bunga tidur, mungkin sekarang ku tengah tertidur dalam buaian duniawi yang rumit. Tapi mimpi-mimpiku itu datang seraya dengan apa yang sedang aku harap/inginkan, begitu kuatkah harapanku sehingga terbawa mimpi? Sekrang pilihanku hanyalah menjadi seorang pemimpi, sebab mimpi datang dari kenyataan hidup dan aku harus memperjuangkan apa yang aku inginkan.

Saat menyambut kehadiran sang mentari aku masih saja tidak dapat menjaga kesucianku dari kesalahan. Aku sadar bahwa itu wajar terjadi karena aku hanyalah manusia. Tapi aku takut kesalahan-kesalahan yang ku perbuat ini menjadi hiburan semata bagiku. Perjalanan hidupku bukanlah ilusi belaka, dan kata-kataku bukanlah khayalan yang tak mungkin. Yang terpenting sekarang aku punya cita dan cinta. Semua cerita usang tak mungkin kembali dan tak pernah hilang, semua harapan di angan pasti terjadi bila ku jalani hidup hingga akhir nanti. Dan seperti itulah aku mendapat motivasi tuk menjalani hidup hingga akhir.

Hari ini kucoba melangkah tuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi diluar sana. Tapi ternyata hari ini masih sama dengan hari kemarin, orang-orang hanya sibuk mengejar sesuatu yang mereka kira itulah tujuan mereka. Sedikit yang sadar bahwa yang mereka lakukan hanyalah membuktikan adanya proses dalam pewujudan tujuan mereka. Tapi yang terjadi denganku hanyalah terdiam dan berfikir apa yang hendak kulakukan tuk mengisi hari ini. Tapi setelah terbangun dari ketidak sadaranku, aku tahu bahwa apa yang kulakukan sekarang adalah prosesku untuk mewujudkan mimpiku tadi malam yang mudah-mudahan baik.

Berkumpul dan bercengkrama dengan teman-teman yang masih sama-sama memperjuangkan perjalanan hidup. Saling bertukar cerita tentang apa yang sedang dan telah kita alami. Namun sebuah cerita membuatku tertegun dan bertanya-tanya, sebuah cerita tentang mimpi-mimpi yang mereka alami setiap malam. Ternyata mimpi-mimpi itu tak jauh berbeda dengan apa yang kudambakan selama ini. Yang terpenting saat ini adalah bersama-sama berjuang mewujudkan mimpi-mimpi itu.

Hanya letih yang terasa seiring tenggelamnya sang raja hari, dan menemaniku melangkah menuju peraduan. Kucoba merebahkan hati sejenak tuk menghela nafas kehidupan yang pahit dan membingungkan. Seperti biasa masih dalam kebingungan yang hebat dan begitu menekan kepala, entah apa yang harus kulakukan tuk menyembuhkan gundah dihati.

Langit gelap telah menutupi bumi yang gersang dan berdebu, tapi aku masih dalam ketakutan yang sangat saat menghadapinya. Aku takut malam ini tak bisa bermimpi tentang semua harapanku. Aku takut aku kehilangan apa yang telah kudambakan dengan begitu kuat dan dengan gigih harus kudapatkan. Menutup mata pun seperti begitu menyiksa batin bagiku. 14 malam sudah kulewati dengan nafas terasa sesak saat kucoba lari dari kenyataan.

Terbangun ku akhiri mimpi manis semalam, saat gelapnya malam hampir selesai. Dan ketika menyambut kehadiran sang fajar, rinduku bersemi dalam kehampaan, pupus dan gersang. Rindu tentang seseorang yang telah banyak menunjukkanku akan arti hidup yang sesungguhnya. Namun dia seakan enggan menghampiriku lalu pergi menjauh dari kenyataanku. Jiwaku terhampar di bumi tanpa denyut kehidupan, dan seakan hilang hanyut terbawa aliran sungai yang tanpa mata air.

Mengapa jiwaku begetar dan dadaku berdetak sangat kencang saat ku ingat tentang dirimu yang entah dimana. Wahai angin, tolong sampaikan kabarnya kepadaku. Atau biarlah Tuhan saja yang menyemangatiku hari ini??? Terkadang perhatian manusia hanya akan menghilangkan semua keikhlasanku. Aku juga ingin bisa menyemangati orang lain disaat berbaur, namun kucoba menguatkan diriku saat aku sendiri.

Hari ini aku harus berkaca seiring bumi yang masih berputar tetap dengan arahnya. Saat hari masih tetap sangar membakar bumi, Sebelum gelap yang begitu aku takuti untuk selamanya. Tak akan kubiarkan tubuhku tinggal sendiri tanpa jiwa, tak akan kubiarkan diriku pergi tanpa hatiku.

Kadang ku tak mampu tuk menahan rasa jemu, yang kadang membutakan hati diluar hari-hariku. Selalu kucoba tuk wujudkan gejolak dalam jiwaku, selalu kuberikan rasa rindu untukmu. Dapat kurasakan kau walau jauh dari waktuku, bukalah mata, pasanglah telingamu. Karena aku hanyalah seorang manusia yang punya begitu banyak mimpi.

Pada akhirnya tibalah waktu yang telah ditakdirkan, dan bumi-pun bicara. Bila ku mampu melukis senyuman di bibirku ini, karena itu indah. Di siang ini ingin ku langkahkan kakiku bersama ayunan langkah sahabat-sahabatku. Pasti kudapatkan dan kurasakan keramaian suasana dan ketenangan jiwa. Tetapi ketika ku lewati jalan-jalan yang berdebu dan selalu mengotori tubuhku ini. Aku takut tak ada lagi kesempatan bagiku tuk membersihkan hati dan jiwaku ini.

Memang hidup itu tak selamanya harus terus bersama, dan ada kalanya kita menatap kesendirian. Biarlah waktu yang menentukan kapan masa itu akan kita hadapi. Yang terpenting adalah bagaimana sikap kita untuk menjamu masa-masa penting yang akan kita hadapi itu. Hanya dengan semangat dan kemauan yang tinggi kita dapat melalui masa-masa itu dan menuai hasil yang positif.

1 komentar: