
Saat indah yang tak lagi nyata, Ber-angan seakan manis di Harmoni Semesta
Dalam kerak gulita beriring sepi yang menggelitik hati
Menatap Sang Dewi dan para Kurcaci di atas sana, Yang selalu gelisa kehilangan kemolekannya
Akankah hatiku bisa setegar pohon pinus????
Yang selalu tenang meski terhempas dan saling beradu
Atau seperti Sang Dewi yang selalu mengalah pada Mentari???
Namun ketetapan hati telah runtuh oleh ketakutan semu, ketakutan akan hidup,
akan hari-hari yang belum dijalani
Sebegitu pengecutnya diri yang seolah mati
Hanya tentang sebuah keinginan yang belum tentu berakhir
Haruskah seperti nyamuk yang menghisap darah lalu mati???
Apa jadinya Semesta??? Jika diri masih berselimut nestapa
Tak ingin rasanya terlelap dan memuntahkan semua kegundahan
Karena saat terjaga kuharus memungutinya lagi dan menelan kembali semua
Bagaimana??? Haruskah??? Mengapa???
Itulah titian hari yang penuh tanya
Yang selalu berharap datangnya Jawab...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar